Press Release – Seminar Rabuan: Progress on SDG 6 Clean Water and Sanitation In Indonesia And How Academia Can Contribute to That

Jalan untuk mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia masih panjang, termasuk tujuan air minum, sanitasi, dan kebersihan (Water, Sanitation, and Hygiene atau WASH), yaitu SDGs 6.1 dan 6.2. Update terbaru di tahun 2020 mengungkapkan bahwa persentase layanan air minum dan sanitasi yang dikelola dengan aman di Indonesia masing-masing adalah 12% dan 7%. Hal ini menunjukkan perlunya kolaborasi yang kuat antara semua pemangku kepentingan terkait dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu, termasuk komunitas ilmiah. Berdasarkan hal tersebut Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial mengadakan seminar yang dilaksanakan pada Rabu, 9 November 2022 lalu dengan tema “Progress on SDG 6 Clean Water and Sanitation In Indonesia And How Academia Can Contribute to That” melalui Zoom Meeting dan Live Streaming YouTube. Untuk menggali lebih dalam, seminar ini mengundang tiga narasumber yang telah menggeluti bidang WASH selama bertahun-tahun.

Pemaparan pertama diawali oleh Ibu Nur ‘Aisyah Nasution, S.T., M.S (Koordinator Air Minum dan Sanitasi, BAPPENAS) yang membahas dari perspektif pemerintah. Beliau mengulas bagaimana perkembangan pencapaian SDG6 (Clean Water and Sanitation) di Indonesia, dimulai dengan arahan dari Wakil Presiden Republik Indonesia dalam pembukaan SMM 2022, “Akses kepada air minum dan sanitasi adalah syarat untuk memastikan transisi ke lingkungan ekonomi hijau dan juga kesejahteraan masyarakat”. Dalam mewujudkan arahan ini, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, menyatakan 4 komitmen dalam sektor air minum, sanitasi dan kebersihan, antara lain memperkuat kemauan politik dalam sektor air minum dan sanitasi, melakukan proses pemantauan berbasis ekuitas dan pelibatan masyarakat, membangun sektor air minum, sanitasi dan kebersihan yang berketahanan iklim, dan mencari alternatif pendanaan baru untuk sektor air minum, sanitasi dan kebersihan. Mengingat bahwa di tahun 2022 ini tersisa 8 tahun lagi untuk mencapai Sanitasi Aman 2030, maka semua stakeholder perlu meningkatkan kinerja agar visi tersebut bisa terealisasikan.

Salah satu cara dalam merealisasikan Sanitasi Aman 2030 adalah dengan kolaborasi internasional dalam penelitian WASH.Prof. Dr. Juliet Willetts (Institute for Sustainable Futures, University Technology Sydney) menjelaskan bahwa peran utama seorang peneliti adalah engagement dengan semua pemangku kepentingan seperti pemerintah nasional, provinsi dan lokal, komunitas, organisasi masyarakat sipil, dan penyedia jasa. Menjalankan penelitian yang membuahkan dampak positif bukanlah hal yang mudah. Prof. Dr. Juliet Willetts memberikan rekomendasi untuk secara kolaboratif mengembangkan agenda penelitian bersama, meminta topik atau pertanyaan penelitian yang relevan dari para pelaku WASH, menyatukan berbagai disiplin ilmu, dan melibatkan pelaku WASH selama proses penelitian (alias tidak hanya unsur peneliti saja).

Penelitian juga dapat membantu dalam mengimplementasi kebijakan WASH secara efektif. Namun ada beberapa tantangan yang telah lama ada dalam melakukan penelitian WASH di Indonesia. Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Sri Irianti, SKM, M.Phil, Ph.D (Badan Riset dan Inovasi Nasional – BRIN), penelitian WASH belum menjadi agenda utama dalam penelitian, penelitian WASH belum sepenuhnya mengatasi ketimpangan, hubungan antara WASH dan hasil kesehatan belum sepenuhnya dipahami dan terbukti, dan hanya sedikit temuan penelitian WASH yang telah dimanfaatkan untuk dikembangkan kebijakan berbasis bukti. Oleh karena itu, Prof. Sri Irianti, SKM, M.Phil, Ph.D menyatakan bahwa arah penelitian WASH di Indonesia perlu mengalami perubahan. Beberapa perubahan dapat dilakukan dengan menyediakan dana penelitian yang cukup untuk melakukan penelitian yang dapat diterjemahkan ke dalam desain dan implementasi kebijakan yang tepat, menerapkan metode penelitian WASH yang lebih kuat untuk mengatasi intervensi WASH yang lebih efektif, seperti metode campuran, uji coba kontrol secara acak, penelitian ilmu implementasi/implementasi/penelitian operasional daripada survei cross-sectional, dan melakukan penelitian tentang integrasi WASH dengan program kesehatan.

Peran komunitas ilmiah dalam mempercepat kemajuan SDG 6.1 dan 6.2 di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Komunitas ilmiah dapat melakukan penelitian yang relevan untuk memberikan bukti ilmiah tentang fenomena WASH dan mendukung desain serta implementasi kebijakan. Diharapkan melalui webinar ini perwakilan dari pemerintah dan akademisi dapat bertemuuntuk membahas kemajuan SDG 6.1 dan 6.2serta peran peneliti nasional dan internasional untuk mencapai target SDGs dalam WASH di Indonesia. (Hayu Qaimamunazzala, Daniel, Latika Barliani)

Link Seminar Rabuan – Progress on SDG 6 Clean Water and Sanitation In Indonesia And How Academia Can Contribute to That.