Press Release Seminar Rabuan – Tantangan Promosi Kesehatan dalam Pengembangan Media: Apa yang harus disiapkan?
Tantangan Promosi Kesehatan dalam Pengembangan Media: Apa yang harus disiapkan?
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu, 18 November 2020
Waktu : 15.30 – 17.00 WIB
Link zoom : http://ugm.id/MediaPromkes
Praktisi promosi kesehatan bertanggung jawab atas perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan dan program promosi kesehatan dengan menggunakan berbagai strategi. Praktisi promosi kesehatan di Indonesia dituntut untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan pemerintah, yang telah tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan NOMOR HK.01.07/MENKES/315/2020 tentang Standar Profesi Promotor Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga promosi kesehatan adalah pengembangan media promosi kesehatan. Merespon tantangan tersebut, Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM mengadakan webinar dengan tema “Tantangan Promosi Kesehatan dalam Pengembangan Media: Apa yang harus disiapkan?“.
Webinar yang diselenggarakan pada hari Rabu, 18 November 2020 pukul 15.30 – 17.00 WIB ini bertujuan untuk memberi paparan kepada mahasiswa dan professional kesehatan terhadap pengembangan media promosi kesehatan berbasis teknologi. Paparan ini diharapkan dapat membantu 400 peserta yang bergabung memalui platform Zoom dan Youtube untuk meningkatkan kapasitasnya dalam pengembangan media promosi kesehatan. Pembicara pada seminar ini adalah Wahyu Kustiningsih, MA (Dosen Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UGM) dan Prof. Carme Carrion Ribas (dari the Faculty of Health Sciences, director of the Inter-university Bioinformatics Doctoral Programme dan Head of Design and Assessment of eHealth Interventions at the UOC’s eHealth Center, Universitat Oberta de Catalunya, Spanyol).
Sebelum pembicara memaparkan materi, acara dibuka oleh moderator yaitu dr.Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH, Ph.D. Sesi webinar yang pertama adalah pemaparan materi oleh Prof. Carme dengan judul “mHealth for Health Promotion: Digital Health, mHealth, does anything go”. Prof. Carme membahas mengenai penggunaan mHealth untuk promosi kesehatan.” Meskipun kita semua sudah sangat familiar dengan mHealth atau eHealth, dewasa ini, masih ada usaha untuk mendefinisikan apa itu eHealth”, ujarnya. Saat ini, telepon pintar merupakan kebutuhan utama dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menjadi peluang untuk promosi kesehatan dan terbukti dengan berkembangnya bukti-bukti ilmiah tentang eHealth. “ Transformasi digital sangat berkembang, bahkan secara eksponensial, pada saat Covid-19”. Apps di telepon pintar menjadi spesial karena beberapa hal seperti kustomisasi untuk penggunaan yang personal, adanya sensor yang terintegrasi dengan ponsel, dan kemampuan komputasi terhadap data-data yang diinput oleh pengguna. Menurut Prof. Carme, pengembangan aplikasi haruslah berbasis calon pengguna. Banyak apps yang tersedia mungkin akan membingungkan untuk calon pengguna dan kerap menimpulkan pertanyaan tentang apps mana yang harus digunakan. “Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk memetakan apps ini. Salah satunya di Inggris yang kini memiliki list rekomendasi apps untuk kesehatan. Atau beberapa tools telah dikembangkan untuk mengevaluasi apps”, tambahnya. Pada sesi ini, narasumber membagikan pembelajaran penggunaan mHealth untuk promosi kesehatan dan juga tentang melakukan evaluasi terhadap apps. “Ketertarikan saya terhadap evaluasi apps terjadi saat 2014, saat ada yang menyatakan bahwa penilaian apps hanya berbasis jumlah download. Hal tersebut menarik perhatian saya dan lalu saya memulai usaha untuk melakukan assessment mHealth yang dapat dilakukan secara global. Konsep evaluasi mobile apps itu kini sudah terpublikasi. Konsep evaluasi ini mengedepankan penilaian untuk efficacy, safety, dan effectiveness. Kami memulai dengan systematic review dan lalu mengembangkan konsensus tentang penilaian. Selanjutnya, kami mebuat apikasi yang akan mengevaluasi aplikasi kesehatan: EVALAPSS. Pilot dilakukan beberapa bulan yang lalu dan final test melibatkan 260 orang”, ujar Prof. Carme.
Sesi kedua adalah paparan materi dengan judul “Pengembangan Media Promosi Kesehatan: Bagaimana memilih isu dan mengembangkan pesan yang tepat?” oleh Wahyu Kustiningsih, MA. Ibu Wahyu telah berpengalaman dalam beberapa riset, baik dengan metode kualitatif maupun kuantitaif, termasuk tentang kesehatan dan pandemi Covid-19. “Pandemi ini telah mengubah banyak hal, terutama tentang penggunaan teknologi termasuk sosial media. Media sosial ini membawa dimensi baru untuk kita, dan membantu kita untuk melewati pandemi sejauh ini karena mereka bisa mencari informasi via social media”, ujar Ibu Wahyu. Pada sesi ini, Ibu Wahyu memaparkan tentang bagaimana mengembangkan pesan promosi kesehatan yang sesuai dengan isu terkini yang ada di masyarakat. Media promosi kesehatan yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan, permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat serta karakteristik sasaran, sehingga efektif dalam mengedukasi masyarakat sasaran. Menurut Ibu Wahyu, semua pesan dan media promosi kesehatan harus berangkat dari data. “Kita bisa memposisikan pembuatan media ini sebagai riset, dan riset ini bisa dimulai dengan pengumpulan primary data atau secondary data”. Data ini kemudian dilanjutkan dengan penentuan target sasaran dan juga bentuk media. Setelah produk media kesehatan sudah siap, proofing harus selalu dilakukan. Identifikasi kanal untuk publikasi media perlu dilakukan agar produk media sesuai dengan kanal penyampaian. Terakhir, evaluasi media juga perlu dilakukan dengan melakukan observasi respon dari publik.
Setelah kedua pembicara memaparkan materi, diskusi dibuka oleh moderator. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh peserta adalah tentang memulai kolaborasi . “Kolaborasi multidisipliner memerlukan persiapan yang baik, Anda harus siap menghadapi diskusi yang panjang. Saya berasal dari biokimia dan sudah terbiasa melakukan adaptasi dalam pekerjaan saya. Saat kita berbicara dengan disiplin lain, banyak hal yang mereka “take for granted”, dan begitu juga saya. Jadi komunikasi harus dilakukan dengan baik,”ujar Prof. Carme. Diskusi dikuti oleh peserta yang berasal dari mahasiswa dan alumni Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM, serta beberapa dari masyarakat umum yang terdiri atas mahasiswa dan praktisi kesehatan yang mengajukan pertanyaannya. “Think outside the box, dan selalu pikirkan end user (untuk pengembangan aplikasi)”, tambah Prof. Carme dalam penutupnya. Mengutip Ibu Wahyu dalam kalimat penutup yang disampaikan, “Kita semua bagian dari masyarakat. Pandemi ini adalah isu bersama. Utamakan publik, utamakan kebutuhan mereka”. Webinar ini ditutup dengan foto bersama dan recap oleh moderator.