Seminar Rabuan: Kewirausahaan Sosial dalam Kesehatan: Bersinergi, Berdampak
Dewasa ini Indonesia menghadapi berbagai macam tantangan di bidang kesehatan. Banyaknya disparitas dan ketimpangan di tengah masyarakat turut berkontribusi terhadap akses pelayanan kesehatan dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Keterbatasan finansial kerap disebut sebagai hambatan untuk mencari pertolongan kesehatan yang memadai. Akses informasi yang tidak merata juga membatasi sebagian masyarakat untuk mencari pertolongan yang dibutuhkan. Hal ini semakin diperberat dengan kondisi pandemi yang tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, namun juga pada kondisi ekonomi rakyat.
Sebagai wujud kepedulian dan rasa kemanusiaan, berbagai kegiatan kewirausahaan telah terbangun dengan mengedepankan manfaat sosial bagi masyarakat, untuk mendukung gerakan ini Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM mengadakan seminar rabuan dengan tema Kewirausahaan Sosial dalam Kesehatan: Bersinergi, Berdampak pada hari Rabu, 22 September 2021 pukul 10:00 – 12:00 melalui Zoom Meeting dan Live Streaming YouTube.
Seminar Rabuan kali ini mengundang tiga narasumber yang akan berbagi insight mengenai pengalaman bergelut di bidang wirausaha sosial, narasumber pertama adalah Bapak Triyono, S. Pt yang merupakan pendiri Difabike Indonesia, kemudian Bapak Andhika Mahardika, ST, beliau merupakan CEO Agradaya, dan narasumber ketiga adalah Bapak Matahari Farransahat, S.E., M.HEP Program Manager Creative Hub FISIPOL UGM.
Seminar dibuka dengan sambutan dari MC Aini Azizah, kemudian langsung ke inti acara yang dipandu oleh moderator dr. Bagas Suryo Bintoro, PhD dengan bahan dari Bapak Triyono, ST “Peningkatan Aksesibilitas Difabel melalui Kewirausahaan Sosial”. Beliau menjelaskan permasalahan pokok yang dihadapi oleh penyandang disabilitas adalah mobilitas dimana pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik masih belum maksimal dan mendukung penyandang disabilitas. Dari landasan ini Bapak Triyono berpikir bagaimana membuat sebuah sistem yang memberikan mobilitas, berdampak ekonomi dan juga memberikan pengaruh besar.
Kegiatan yang dijalankan Difabike selama pandemi ini telah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dengan mengantarkan teman-teman difabel untuk mendapatkan vaksin. Selain itu, karyawan difabike juga merupakan penyandang disabilitas yang diberikan pelatihan agar bisa terlibat dalam masyarakat dan mencari mata pencaharian. Untuk kedepannya Bapak Triyono berharap agar masyarakat bisa lebih inklusif dengan melibatkan semua orang dalam suatu kegiatan.
Di sesi kedua Bapak Andhika Mahardika, ST membawakan topiknya mengenai “Sinergi dalam Kewirausahaan Sosial: Membangun Bersama Komunitas” dimulai dengan keinginan untuk membangun satu inisiatif berbasis pedesaan. Bapak Andhika memfokuskan inisiatif ini dengan membangun komunitas ibu-ibu wanita tani yang mengolah rempah-rempah.
Dengan bantuan ibu-ibu tani Agradya berupaya untuk menghasilkan produk makanan sebagai obat, dengan kata lain makanan yang bergizi untuk tubuh. Skema yang digunakan oleh Agradaya adalah skema pertanian berkelanjutan dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi tepat guna yaitu solar dryer, solar dryer ini menggunakan radiasi sinar matahari atau tungku biomassa dari bekas gergaji kayu.
Selain itu Agradaya mengimplementasikan pertanian alami, manajemen lahan & analisa usaha pertani, dan fair price, fair trade. Tidak hanya memperhatikan komunitas petani, Bapak Andhika membuat festival yang fokus terhadap komunitas muda, agar generasi muda memiliki pengetahuan mengenai segala kesempatan yang terdapat di pedesaan dan menumbuhkan rasa sosial pada generasi muda.
Sesi terakhir Bapak Matahari Farransahat, S.E., M.HEP, memberikan insight kepada para peserta bagaimana “Mengembangkan Kewirausahaan Sosial”.
Beliau memberi pesan pada para peserta bahwa dimana ada masalah sosial dalam masyarakat, hal ini merupakan sebuah peluang untuk membangun bisnis sosial yang bisa memecahkan masalah tersebut dan membuat dampak positif bagi masyarakat.
Untuk sebuah bisnis bisa dikategorikan sebagai usaha sosial adalah bisnis tersebut diharuskan memiliki lima karakteristik ini, social mission/impact, empowerment, ethical business principal, reinvestment for social mission, dan sustainability. Di akhir sesinya Bapak Matahari berpesan profit yang didapatkan dari bisnis sosial aplikasikanlah sebagian besar dari profit tersebut kepada misi sosial yang merupakan landasan dari bisnis tersebut dibangun pertama kali.
Setelah semua narasumber menyampaikan materinya, acara berlanjut ke sesi tanya jawab dan peserta antusias untuk menanyakan banyak pertanyaan kepada masing-masing narasumber dan dibantu oleh dr. Bagas Suryo Bintoro dengan pertanyaan pemantik diskusi yang dilakukan membawa pengetahuan baru dan insight lebih dalam terhadap kewirausahaan sosial.
Di penghujung acara semua peserta, narasumber, moderator, dan MC berfoto bersama untuk dokumentasi dan diharapkan dari seminar rabuan kali ini akan memberikan gambaran kepada mahasiswa, praktisi kesehatan dan masyarakat umum mengenai berbagai bentuk kewirausahaan sosial dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mewujudkannya.
Simak seminar selengkapnya melalui Channel YouTube Departemen HBES