Seminar Rabuan “Insight and Strategies for Managing Urban Air Pollution”

Tingkat polusi udara di beberapa negara Asia saat ini meningkat cukup tinggi dan diperkirakan semakin memburuk selama beberapa tahun mendatang. Polusi udara di perkotaan memiliki efek serius pada kesehatan manusia karena mengandung polutan berbahaya seperti partikel halus, gas beracun, dan senyawa kimia yang masuk ke dalam sistem pernapasan dan menyerang organ tubuh lainnya. Kualitas udara Jakarta dan beberapa kota lain di dunia saat ini menjadi isu yang memprihatinkan selama empat dekade terakhir. Sayangnya, pembahasan mengenai isu ini cenderung datang silih berganti tanpa adanya solusi yang signifikan dan berjangka panjang.

Saat ini, pemberitaan mengenai buruknya kualitas udara Jakarta kemungkinan besar akan terulang kembali, yakni mereda dan hilang tanpa adanya solusi yang solid. Pada webinar perdana Seminar Rabuan yang dilaksanakan pada Rabu, 13 September 2023 (14:00-16:00 WIB) mengusung tema “Insight and Strategies for Managing Urban Air Pollution” dimana Dr. Ian Mudway (Environmental Research Group, Imperial College London) dan Ari Prayogo Pribadi, Ph.D (Dosen Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial) diundang sebagai narasumber pada seminar rabuan ini.

Dalam memahami permasalahan polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan, Bapak Ari Prayogo Pribadi, Ph.D menjelaskan bahwa World Health Organization (WHO) telah menempatkan polusi udara sebagai salah satu risiko utama bagi kesehatan dan lingkungan. Salah satu polutan terbesar saat ini ialah berbentuk partikel dengan ukuran yang cukup kecil atau disebut dengan particulate matter.

Particulate matter atau PM di negara berkembang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, pembangkit listrik, industri, dan sistem pemanas rumah tangga. Particulate matter dapat meningkatkan risiko kesehatan pada manusia karena ukurannya yang sangat kecil, sehingga sangat mudah sekali terhirup dan tersimpan di dalam paru-paru.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi untuk mengendalikan polusi udara, salah satunya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara dan Surat Edaran Nomor: HK.02.02/C/3628/2023.

Selain itu ada beberapa solusi alternatif, dengan menggunakan solusi berbasis alam, pepohonan dengan kanopi yang baik dengan struktur laminar yang dapat menangkap lebih banyak debu dan berguna untuk mengurangi debu. Hal ini sangat penting terutama di lingkungan yang terpapar langsung oleh debu. Jenis pohon seperti pohon mangga dan Polyalthia longifolia mempunyai struktur kanopi yang baik serta nilai Indeks Toleransi Pencemaran Udara sedang hingga tinggi.

Pada sesi berikutnya Dr. Ian Mudway menjelaskan bagaimana kita telah mengetahui bagaimana mengatasi masalah polusi udara sejak 350 tahun yang lalu yaitu melalui kebijakan yang tegas untuk mengurangi emisi polutan dari sumbernya . Pada tahun 1953 London mengalami peningkatan angka kematian, bronkitis 10 kali lebih tinggi, influenza 7 kali lebih tinggi, tuberkulosis 4,5 kali lebih tinggi, dan penyakit pernafasan lainnya sebanyak 6 kali, dampak polusi udara juga terasa pada setiap orang di segala umur, seperti berat badan rendah pada bayi, meningkatkan risiko penyakit kronis eksaserbasi pernafasan akut, dan demensia kematian dini akut dan kronis.

Pada tahun 1956 pemerintah mengeluarkan “The Clean Air Act Chapter 52” yang mengubah situasi di London secara signifikan dengan melarang pembakaran batu bara di area perkotaan, dengan mengadaptasi regulasi-regulasi yang dikembangkan saat ini atau lebih dari 350 tahun yang lalu London berhasil mengendalikan polusi udara yang terjadi.

Materi yang telah diberikan oleh Bapak Ari Prayogo Pribadi, Ph.D dan Dr. Ian Mudway memantik diskusi yang sangat menarik antara narasumber dan peserta dimana para peserta aktif berpartisipasi dalam seminar rabuan kali ini.

 

Playback Seminar Rabuan: https://www.youtube.com/live/quEEd0B1pHo?si=7bZTKbu0yi9iAus9