Sharing Alumni Sharing Virtual Pengalaman Alumni HBES di Masa Pandemi Covid-19
Kegiatan sharing alumni yang diselenggarakan oleh Departemen HBES dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali pada hari Sabtu. Sharing alumni kali ini jatuh pada tanggal 12 Desember 2020 (08.00 – 10.00) bertema “Sharing Virtual Pengalaman Alumni HBES di Masa Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan melalui zoom.
Sharing alumni di moderatori oleh Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A dan diisi oleh dua narasumber. Narasumber yang pertama adalah Abdul Ganing, SKM.,MPH, Wadir I bagian akademik Poltekkes Kemenkes Mamuju, Sulawesi Barat dan ketua umum HAKLI Provinsi Sulawesi Barat periode 2020-2025.
Materi yang beliau sampaikan adalah “Pemberdayaan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19”. Narasumber selanjutnya adalah Eviana Hapsari Dewi, MPH, beliau merupakan seorang aktivis LSM dan konsultan independen untuk bidang kesehatan masyarakat, dan menyampaikan materi “Peran Promotor Kesehatan Dalam Pengembangan A Healthy Policy – Pembelajaran Penyusunan Rencana Aksi Daerah Dinkes Kota Yogyakarta”.
Di sesi pertama Bapak Abdul Ganing, SKM.,MPH berbicara mengenai situasi yang sedang terjadi di Sulawesi Barat perihal akses warga untuk mendapatkan sanitasi yang layak per Kabupaten.
Kabupaten Polewali Mandar memiliki akses sanitasi yang memadai dengan persentase paling tinggi yaitu 82,44% namun Kabupaten Mamasa memiliki persentase terendah dengan 51,24%. Dari situasi ini beliau mengelaborasi betapa pentingnya pemberdayaan masyarakat pada masa covid-19.
Pemberdayaan dijelaskan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat agar berdaya dan mampu berperan serta mencegah penularan covid-19. Siklus pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan covid-19, terdiri dari pendataan kesehatan warga di RT/RW/Desa, faktor penyebab penularan covid-19 dan potensi wilayah, musyawarah masyarakat RT/RW/Desa, menyusun rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan keberlangsungan kegiatan.
Dengan framework ini beberapa kegiatan pemberdayaan telah dilakukan di Sulawesi Barat. Di antaranya adalah penyerahan sabun cuci tangan bersama PKK Kabupaten Mamasa oleh dosen jurusan kesehatan lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju, kegiatan senam CTPS di TK Bethesda dan Permata Bunda Kabupaten Mamasa oleh dosen jurusan kesehatan lingkungan, pembagian master di Taman Baca Karema, pembagian masker di Pasar Lama Kabupaten Mamuju, penandatangan kontrak sosial bagi masyarakat yang berkomitmen merubah perilaku, dan pembentukan komite “Sahabat Mappaccing” (Natural Leader).
Di sesi kedua Ibu Eviana Hapsari Dewi, MPH mengelaborasi mengenai proses perumusan kebijakan pada tingkat regional dimana pengembangan kebijakan terdiri dari beberapa tahap.
Umumnya tahapan dimulai dari problem definition, agenda setting, policy formulation, adoption, implementation, dan yang terakhir adalah evaluation. Pada umumnya proses ini memiliki alur sistematis namun prakteknya hal itu tidak selalu terjadi. Ini dikarenakan banyak instansi dan aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan, aktor dan instansi yang memiliki agenda dan kepentingannya masing-masing dan memiliki kecenderungan suka bekerja secara individu yang menyebabkan overlap dalam proses dan terlihat tidak sinkron.
Hal ini bisa menyebabkan “turbulent” dalam perumusan kebijakan, yang biasa disebut sebagai “turbulent flow”. Salah satu kebijakan yang menjadi fokus dalam pembicaraan ini adalah Rancangan Aksi Daerah (RAD). RAD merupakan dasar yang kuat untuk membentuk komitmen dari setiap instansi dan aktor.
Tidak hanya itu, tetapi juga untuk mengintegrasikan dan menyelaraskan penanggulangan dan pengendalian penyakit di Kota Yogyakarta yang dilaksanakan oleh lintas sektor, lintas program atau pemangku kepentingan lainnya (pemerintah, masyarakat maupun swasta) melalui pembagian peran dan tanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing dan menyediakan acuan bagi para pemangku kepentingan dalam merencanakan, menganggarkan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pengendalian suatu penyakit di Kota Yogyakarta.
Dalam pengalamannya merumuskan RAD, beliau memetik beberapa pelajaran yang didapatkan. Hal itu meliputi adanya kesepakatan bersama dulu, perlunya RAD dan Perwal, pentingnya pembentukan tim kecil sebagai penyusun draft dokumen RAD dan Perwal untuk memastikan substansinya, isi Perwal harus mengacu pada regulasi yang telah ada (Perda/Pergub/Permenkes), perlu peran aktif dan keterlibatan yang bermakna dari semua pemangku kepentingan yang terkait dengan komitmen yang kuat selama proses penyusunan RAD dan Perwal, dan perlu waktu yang cukup untuk menghasilkan dokumen RAD dan Perwal.
Diharapkan kegiatan sharing alumni ini dapat menjadi wadah para alumni HBES UGM yang tersebar di berbagai daerah untuk berbagi cerita dan saling belajar dari pengalaman merespon pandemi COVID-19 dan memperkuat hubungan silaturahmi antar alumni HBES UGM.