Press Release – Seminar Rabuan Dinamika Sosial Pelayanan Kesehatan HIV di Indonesia
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, orang dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia sudah mencapai lebih dari 500,000 orang. Meskipun belum ada tindakan yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, dengan pemantauan dan pengobatan yang tepat, angka HIV dalam tubuh dapat ditekan untuk mencegah perburukan atau penularan lebih lanjut. Berbagai upaya telah dikembangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan akses layanan kesehatan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) namun kenyataannya akses layanannya masih belum optimal. Dalam mengeksplorasi berbagai aspek dalam pelayanan kesehatan HIV di Indonesia Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial bekerja sama dengan Kanal FK-KMK UGM mengadakan seminar rabuan bertema “Dinamika Sosial Pelayanan Kesehatan HIV di Indonesia” yang dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktober 2022 pukul 10:00 – 12:00 WIB via Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming.
Sesi diskusi dibuka oleh Dr. Elan Lazuardi, S.Ant, MA (Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM) yang membahas bagaimana dinamika sosial pelayanan kesehatan HIV di Indonesia. Basis dari paparan Dr. Elan adalah disertasinya yang meneliti bagaimana kerangka kebijakan yang bersifat global kemudian diadopsi dan diterjemahkan secara lokal pada layanan di Indonesia. Fokus penelitian ini adalah pada makna dan pengalaman mereka yang terlibat dalam layanan HIV, khususnya pada puskesmas dan rumah sakit di Bandung yang menyediakan layanan testing maupun treatment HIV. Keberhasilan dari treatment HIV ini tidak hanya bergantung pada usaha dari tenaga kesehatan tapi juga dari pihak lain seperti outreach worker atau pekerja lapangan.
Dari pengamatan Dr. Elan, kebanyakan pelayanan HIV terletak di “pojok” rumah sakit atau puskesmas dimana orang yang akan menerima treatment seperti diisolasikan. Namun di sisi lainnya pasien merasa senang karena mereka merasa terbebas dari “pengawasan” publik. Pengalaman yang dialami pasien bermacam-macam. Beberapa pasien sudah merasa nyaman dengan konselor karena hubungan yang sudah memiliki sifat personal dan banyak pasien yang tergolong muda menganggap konselor sebagai figur orang tua dimana hal ini sangat penting untuk emosional pasien. Namun juga ada pasien yang memiliki pengalaman yang tidak baik ketika bertemu dengan konselor yang mendoktrin pasien untuk melakukan hal yang tidak ingin dilakukan. Mengutip João Biehl seorang antropologis dari Brazil, Dr. Elan mengelaborasi bagaimana keberadaan pelayanan kesehatan yang ada baru awal mula yang penting, tapi belum ada jaminan bahwa itu akan sampai ke orang yang membutuhkan dan serta merta membuat orang itu patuh sehingga membutuhkan upaya lanjut.
Membuka sesi diskusi kedua dr. Yanri Wijayanti Subronto, PhD, Sp.PD-KPTI menjelaskan Pendekatan Klinis dan KesMas dalam Layanan HIV (keadaan sosial yang mempengaruhinya). Sejak kasus pertama tahun 1981, HIV telah merenggut 32 juta nyawa dan sekarang terdapat 38 juta orang hidup dengan infeksi HIV dalam tubuhnya. 95% dari yang hidup dengan HIV terdiagnosis, 95% dari yang terdiagnosis mendapatkan layanan, dan 95% dari yang mendapatkan layanan menjadi virally suppressed. Untuk pendekatan KesMas sendiri dalam mengakhiri HIV ada beberapa cara yang bisa diimplementasikan seperti penjangkauan, terutama ke populasi kunci, self testing, community clinic, pendampingan orang yang terdiagnosis menuju ke layanan ARV, dan test and treat. Dr. Yanri menutup presentasinya dengan mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam penanggulangan HIV namun Pencapaian Ending AIDS dapat tercapai dengan salah satu utamanya, meminimalisir sejauh mungkin masalah sosial termasuk stigma dan diskriminasi.
Kondisi sosial yang melatarbelakangi keengganan ODHA untuk mengakses layanan kesehatan perlu dipahami agar mampu memberi dukungan yang tepat. Pendekatan sosial dan antropologi dapat membantu untuk mengungkap berbagai faktor di balik sulitnya penanggulangan penyakit HIV dan terwujudnya mengakhiri HIV pada tahun 2030.
Link playback Seminar Rabuan: