,

Triple Kill Maggot: Pengolahan Sampah Organik, Peningkatan Ekonomi, dan Pemenuhan Gizi Bagi Masyarakat Pedesaan di Kulon Progo

Masalah sampah menjadi masalah yang pelik di Indonesia dan tidak terkecuali di Yogyakarta. Laporan terbaru menunjukkan bahwa tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan, yang merupakan TPA utama bagi Yogyakarta, tidak akan bisa menerima sampah lagi pada tahun 2023 ini (Baskoro, 2022). Hal ini karena daya tampung TPA Piyungan sudah melebihi kapasitasnya. Data dan penelitian melaporkan bahwa volume sampah dominan yang dihasilkan oleh masyarakat adalah sampah organik, yaitu sekitar 60% (Widowati, 2019). Contoh sampah organik adalah bahan sisa makanan, sayur, buah, tumbuhan, bahkan kotoran unggas. Jenis sampah organik ini pada dasarnya mudah dikelola di level rumah tangga atau kelompok masyarakat karena terurai secara alamiah menjadi kompos dalam 1-2 bulan. Prosesnya pun bisa dipercepat dengan bantuan mikroorganisme, seperti cacing atau maggot. Sayangnya, walaupun bisa diolah mandiri oleh masyarakat, Sebagian besar sampah organik berakhir di TPA. Dalam merespon masalah ini tim pengabdian dari Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial yang beranggotakan Dr. Daniel, M.Sc (Ketua), Ari Prayogo Pribadi, Ph.D, Heri Pratikno, dan Rase Widjaya Castro mengembangkan program pendampingan lebih lanjut agar masyarakat di kecamatan Samigaluh, pemerintah desa dan kecamatan setempat bisa terus melakukan pengolahan sampah organik dengan maggot.

 

Kegiatan pengabdian ini mencakup beberapa langkah:

  • Pendampingan lanjutan komunitas, kelompok, atau individu yang berminat melakukan pemanfaatan maggot.

Komunitas, kelompok, atau individu yang berminat melakukan pemanfaatan maggot akan didampingi secara teknis untuk bisa melakukannya secara mandiri. Dokumen teknis atau flyer akan dibuat untuk membantu mereka memahami prosedur kerjanya. Pelatihan atau workshop akan dilakukan dan mengundang narasumber terkait. Pada tahap ini, pendekatan dengan pihak kecamatan dan desa akan dilakukan, sehingga diharapkan mereka dapat memberikan dukungan dana atau lainnya pada kegiatan ini.

  • Penyusunan rencana teknis pemanfaatan maggot.

Tim pengabdian akan menyusun dokumen rencana teknis kegiatan, seperti bagaimana mendapatkan sampah organik dari masyarakat, dimana lokasi utama kegiatan, siapa yang melakukan pengolahan (pembagian tanggung jawab), dan sebagainya.

  • Pembuatan dan penyediaan bahan/perlengkapan yang diperlukan

Pada tahap ini, peralatan-peralatan yang dibutuhkan akan dibeli atau dibuat, antara lain: kandang lalat BSF, wadah makanan, mesin pencacah, alat pembuatan pellet, alat pembuatan tepung, dan sebagainya. Biaya diharapkan adalah kombinasi dari hibah KKN, bantuan dari kecamatan/desa, dan kontribusi dari warga/komunitas dampingan.

  • Pengujian kompos

Agar produk turunan maggot dapat dijual, akan dilakukan uji-uji laboratorium terkait, seperti misalnya menguji kandungan protein pada maggot kering/pellet dan kandungan unsur hara pada pupuk kompos. Standar yang akan dipakai adalah SNI 19-7030-2004 agar bisa dipasarkan lebih luas. Parameter-parameter yang akan diuji yaitu parameter fisika (suhu, warna, dan temperatur), elemen makro (nitrogen, kalium, fosfat, rasio C/N, dan karbon), elemen mikro (kobalt dan seng), serta elemen lainnya (kalsium, magnesium, besi, dan mangan).

  • Pencarian pasar penjualan

Di tahap tim pengabdian akan mendampingi mereka untuk mendapatkan potensi pasar dari turunan maggot tersebut. Misalnya kepada petani, peternak unggas, peternak burung, peternak ikan, dan lain-lain. Promosi lewat sosial media dan penjualan online juga akan dijajaki. Hal lainnya adalah penjajakan potensi peternakan ayam dan ikan, dimana pakannya berasal dari maggot ini sendiri. Hal ini diharapkan agar keuntungan ekonomi dari kegiatan ini dapat diperoleh.

Daerah ini akan ditargetkan menjadi daerah dampingan Departemen HBES mulai 2024 sehingga pendampingan dan kolaborasi bisa terus berjalan. Tim pengusul juga berharap bahwa daerah ini menjadi lokasi penelitian tesis atau non tesis dari mahasiswa-mahasiswa IKM sehingga kolaborasi terus terjalin antara tim pengusul dan warga/lokasi dampingan.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.